Gagasan untuk mengatasi silent sea, membawa dua mahasiswi Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang juarai ajang kompetisi esai tingkat nasional. Esai yang disusun oleh mahasiswi asal Program Studi (Prodi) S1 Kesehatan Lingkungan Udinus itu berjudul ‘Bio-Art Strategy : Upaya Mengatasi Silent Sea Sebagai Dampak Perubahan Iklim Melalui Remediasi dan Dekarbonisasi Ekosistem Laut Indonesia’.
 
Karya yang berhasil menyabet juara pertama itu disusun oleh dua mahasiswi, yakni Leony Christine Manurung dan Alvi Eka Mentari. Ajang yang diikuti oleh mahasiswa dari perguruan tinggi di seluruh Indonesia itu, diselenggarakan oleh salah satu perguruan tinggi di Kota Semarang. Dengan mengusung tema ‘Optimalisasi Strategi dan Kebijakan Wilayah Pesisir Sebagai Garda Terdepan Dalam Menghadapi Perubahan Iklim’.
 
Mengenai esai tersebut, Leony Christine Manurung menjelaskan bahwa upaya menanggulangi silent sea menjadi topik utama pembahasan. Pasalnya silent sea sebagai gambaran kondisi laut yang terdampak oleh perubahan iklim, dimana ketika air tercemar maka kehidupan di laut akan ikut mati dan menjadi sepi. Ungkapnya, esai tersebut sebagai upaya agar laut di Indonesia tidak rusak dan hancur.
 
“Melalui latar belakang tersebut, muncullah metode penanggulangan yang kami tuangkan ke dalam esai ini. Sebagai negara maritim kami tidak mau lautan hilang akibat matinya semua ekosistem di laut,” jelas mahasiswi yang menginjak bangku semester 6 itu.. 
 
Metode yang digunakan yaitu bio-art strategy, sebuah akronim dari bioremediasi dan artificial remain reef yang dapat mengatasi dampak perubahan iklim di laut. Kerang hijau dimanfaatkan sebagai bahan untuk menyerap polutan laut  “Tidak hanya itu, adanya penanaman terumbu karang buatan juga menjadi bagian dari solusi kami dalam menanggulangi gejala silent sea,” imbuh Leony.
 
Alvi Eka Mentari juga menambahkan, bahan baku yang digunakan untuk penanaman terumbu karang buatan merupakan sisa-sisa terumbu karang yang mati. Bio-art strategy akan berupaya untuk menguatkan dan melengkapi regulasi yang telah disusun oleh pemerintah. “Kami berharap sinergi yang baik dapat terjalin antara pemerintah dengan masyarakat untuk menangani perubahan iklim, yang sesuai dengan poin ke-13 SDGs,” tambahnya.
 
Sementara itu, dosen pembimbing sekaligus koordinator kemahasiswaan Fakultas Kesehatan Udinus, Ika Pantiawati M.Kes., turut banga atas capaian dari dua mahasiswinya. Dukungan penuh selalu diberikan oleh dosen dari setiap prodi pada perguruan tinggi yang terakreditasi Unggul itu. Salah satunya dukungan materi untuk menguatkan ide-ide yang dihasilkan oleh para mahasiswa. 
 
“Capaian ini diharapkan dapat memotivasi mahasiswa lain, khususnya di Fakultas Kesehatan untuk menghasilkan prestasi. Sekaligus mengenalkan Prodi Kesehatan Lingkungan kepada masyarakat luas,” tutupnya. (Humas Udinus/Haris. Foto: Dok. Pribadi)